Kebutuhan pangan, energi, air, dan obat-obatan bermuara pada kekayaan ragam hayati yang tersedia di alam. Lebih dari setengah keanekaragaman hayati dunia dapat ditemukan di daerah tropis—yang hanya mencakup lima persen dari total luas dunia. Indonesia, meski hanya 1,3 persen dari total luas Bumi, memainkan peranan penting bagi dunia karena menjadi pusat keanekaragaman hayati dunia.
Indonesia menempati urutan kedua di dunia untuk keanekaragaman hayati di wilayah daratan dan berada di urutan pertama untuk keanekaragaman hayati di lautan. Keunikan ini menjadi aset berharga yang tidak dimiliki negara lain.
Meski tersedia di alam, dan seringkali berlimpah, sumber daya alam ini perlu dikelola dengan saksama, mengingat sebagian besar keanekaragaman hayati ini sensitif, rentan dan tak terbarukan.
“Pemaknaan tentang pentingnya keanekaragaman hayati sebagai sistem penyangga kehidupan inilah yang perlu menjadi landasan dalam pengembangan setiap kebijakan, pembangunan, dan pengelolaan sumber daya alam dalam jangka panjang,” ujar Wahjudi Wardojo, Penasihat Senior Kebijakan Terestrial Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).
Berkecimpung lebih dari 45 tahun dalam sektor kehutanan, dengan perhatian khusus pada keanekaragaman hayati, merupakan wujud komitmen dan karya Wahjudi bagi kelestarian alam Indonesia. Ia menekankan bahwa kendati berperan penting bagi dunia, aset alam Indonesia bukanlah aset global. Indonesia mempunyai kedaulatan penuh terhadap aset ini. Keanekaragaman hayati dapat menjadi modal penting dalam negosiasi di tingkat multilateral, regional, maupun bilateral, agar tidak ada pemanfaatan aset ini tanpa memberikan kontribusi apapun pada Indonesia.
“Aset alam Indonesia berperan dalam penyediaan pangan penduduk dunia. Namun, kapitalisasi keanekaragaman hayati ini perlu diutamakan untuk kepentingan dalam negeri. Peran keanekaragaman hayati untuk obat-obatan, energi, pupuk, peningkatan produktivitas usaha pertanian, bahan makanan alternatif, perlindungan sumber air sampai purifikasi air, layak dikelola bersama lintas lembaga dan sektor dengan memperhatikan dampak dan keberlangsungan hidup dari semua sistem penyangga kehidupan ini,” imbuh Wahjudi dalam pidato ilmiahnya saat dianugerahi gelar Doktor Kehormatan (honoris causa) dari Universitas Gajah Mada, pada Kamis (31/8).
Ia menegaskan, Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan adalah tepat. Diharapkan juga keanekaragaman hayati di Tanah Air dijadikan soko guru dan pertimbangan utama dalam mendorong pembangunan yang berkelanjutan.
Bagi Indonesia, dengan cakupan wilayah yang sangat luas, peluang untuk menerapkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian keanekaragaman hayati bukanlah sesuatu yang mustahil.
Sebagai lembaga berbasis data, penganugerahan gelar doktor Honoris Causa yang diterima Wahjudi Wardojo hari ini memperkuat kapasitas YKAN dalam menyajikan solusi inovatif serta memperkaya data ilmiah yang dihasilkan oleh puluhan ilmuwan di 14 provinsi wilayah kerja YKAN untuk mewujudkan Indonesia yang lestari.
Acara penganugerahan gelar Doktor Kehormatan ini juga menghadirkan Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Prof.Dr.Ir. Setyawan Pudyatmoko, S.Hut, M.Sc., selaku Ketua Tim Promotor pemberian gelar Doktor Kehormatan dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Prof. Dr.Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc., yang memberikan sambutan.
Tentang YKAN
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014. Memiliki misi melindungi wilayah daratan dan perairan sebagai sistem penyangga kehidupan, kami memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif, mengedepankan pendekatan nonkonfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi ykan.or.id.