Kontak Media
-
Adia Puja Pradana
Communications Specialist Ocean Program YKAN
Yayasan Konservasi Alam Nusantara
Email: adia.pradana@ykan.or.id
Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia yang jatuh pada 26 Juli setiap tahunnya, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama para mitra mendukung kegiatan “International Day Mangrove Ecosystem” yang digagas oleh Tim Pengelola Mangrove Teluk Semanting, mahasiswa Kelompok Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Universitas Gadjah Mada, dan mahasiswa Praktik Kerja Lapang (PKL) Universitas Mulawarman. Rangkaian kegiatan ini digelar pada 26-27 Juli 2024 di Kampung Teluk Semanting, Kec. Pulau Derawan, Kab. Berau, Kalimantan Timur.
Kegiatan yang bertema “From Mangrove to the World: Carbon Capture, Emissions Gone, Enhancing Welfare, and Supporting Sustainable Development” ini bertujuan untuk menyuarakan kepada khalayak, khususnya generasi muda, akan arti penting keberadaan mangrove bagi ketahanan kawasan dan masyarakat pesisir. Pada rangkaian kegiatan ini pula dilakukan penanaman total 1.000 bibit mangrove sebagai bentuk aksi nyata terhadap upaya pelestarian kawasan mangrove.
“Menyadari pentingnya konservasi kawasan mangrove, kami berharap kegiatan semacam ini akan terus berlanjut, tidak hanya menjadi acara seremonial yang kemudian dilupakan kembali. Sehingga, kami berharap kita semua akan terus berkomitmen dalam mengemban tugas menyuarakan, menjaga, mengelola, serta merestorasi mangrove,” terang Camat Pulau Derawan Samsuddin Amba Kadang.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Berau Ida Ayu mengatakan, Kabupaten Berau memiliki ekosistem mangrove seluas 86.043 hektare, terluas di Provinsi Kalimantan Timur. Menurutnya, ekosistem mangrove berkontribusi signifikan terhadap perlindungan kawasan pesisir dari bencana terkait iklim, seperti risiko banjir, badai, serta erosi.
“Mangrove memiliki arti penting secara ekologis, baik bagi manusia maupun lingkungan. Hutan mangrove juga membantu memitigasi perubahan iklim karena dapat menyerap karbon dalam jumlah besar, bahkan dua hingga empat kali lebih banyak dibandingkan hutan terestrial,” ujar Ida.
Dipilihnya Kampung Teluk Semanting sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan ini dikarenakan terdapatnya pengembangan kawasan ekowisata mangrove di kampung tersebut sejak 2017. Melalui Kawasan Ekowisata Teluk Semanting yang diresmikan oleh Bupati Berau pada 2023, upaya konservasi mangrove dapat dikombinasikan dengan pengembangan ekonomi masyarakat setempat berbasis wisata alam yang berkelanjutan.
“Konsep ekowisata mangrove di Kampung Teluk Semanting tidak hanya bertujuan untuk melindungi dan memulihkan kawasan mangrove, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan wisatawan akan pentingnya ekosistem mangrove. Selain itu, mangrove di Kampung Teluk Semanting juga membawa manfaat ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, seperti kelompok UMKM perempuan dan jasa lingkungan,” jelas Kepala Kampung Teluk Semanting Abdul Gani.
Restorasi mangrove sebagai upaya mitigasi perubahan iklim
Meski memiliki kawasan hutan mangrove terbesar di Kalimantan Timur, pada tahun 2019, 13% atau 11.237 hektare kawasan mangrove di Kabupaten Berau telah dikonversi menjadi lahan untuk tambak. Akibatnya, kawasan pesisir berpotensi berada dalam ancaman cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim. Maka, YKAN bersama para mitra mendukung perlindungan, pengelolaan secara lestari, dan restorasi ekosistem mangrove melalui pendekatan Nature Based Solutions untuk menangkal perubahan iklim.
“Ekosistem mangrove berpotensi memberikan kontribusi sebesar 6% dari target penurunan emisi nasional dari sektor kehutanan pada 2030. Jika konversi kawasan mangrove menjadi lahan tambak terus diperluas, hal ini dapat menimbulkan dampak yang lebih parah, tidak hanya terhadap ekosistem, tetapi juga bagi masyarakat pesisir,” kata Senior Manager Ketahanan Kawasan Pesisir YKAN Mariski Nirwan.
Oleh karena itu, menurut Mariski, YKAN bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan mitra lainnya, memperkenalkan pendekatan Shrimp Carbon Aquaculture (SECURE) sejak tahun 2020 dengan lokasi percontohan di Kampung Pegat Batumbuk dan Kampung Tabalar Muara, Kec. Pulau Derawan, Kab. Berau, yang merestorasi sekitar 80% lahan tambak menjadi kawasan mangrove.
Tentang YKAN
Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) adalah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang hadir di Indonesia sejak 2014. Memiliki misi melindungi wilayah daratan dan perairan sebagai sistem penyangga kehidupan, kami memberikan solusi inovatif demi mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif, mengedepankan pendekatan nonkonfrontatif, serta membangun jaringan kemitraan dengan seluruh pihak kepentingan untuk Indonesia yang lestari. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi ykan.or.id.