Tim Conservation Planning dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) berhasil meraih posisi ketiga dalam konferensi geospasial terbesar dalam ajang ESRI User Conference 2023. “Kami berhasil meraih posisi ketiga untuk kategori People’s Choice Award,” ujar Ghufran Zulqisthi, GIS Coordinator YKAN yang hadir pada pertemuan tersebut.
Pada 7-14 Juli 2023, tim YKAN menghadiri Konferensi ESRI di San Diego, Amerika Serikat, untuk menjelaskan pemanfaatan Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geospasial (SIG) dalam memfasilitasi konservasi dan monitoring kolaboratif di Indonesia.
ESRI adalah perusahaan perangkat lunak GIS/SIG yang berbasis di Amerika dengan produk utamanya ArcGIS. Setiap tahun ESRI menggelar konferensi global untuk memutakhirkan teknologi terbaru dan berbagi pengalaman oleh para penggunanya. YKAN, sebagai mitra utama The Nature Conservancy (TNC) di Indonesia, adalah salah satu pengguna ArcGIS.
YKAN hadir dalam konferensi tahun ini dengan membawa dua agenda. Pertama, presentasi dengan tema “Defining Area for Collaborative Landscape Management in Kalimantan, Indonesia” pada Rabu, 12 Juli 2023. YKAN juga mengikuti ajang map gallery dengan tema “Peta Ruang Hidup Masyarakat Punan Batu-Benau Sajau”.
ESRI User Conference adalah konferensi terbesar bagi pengguna GIS secara global. Dalam konferensi ini, peserta dapat belajar dari para ahli dan pemimpin GIS global melalui lokakarya, demonstrasi, presentasi pengguna, dan kelompok minat khusus.
Konferensi tahun ini dilaksanakan di San Diego Convention Center dan dihadiri sekitar 15 ribu peserta. “Sebelum berangkat, kita sudah diminta untuk mengirimkan peta dan abstrak,” ujar Ghufran. Tim YKAN mengirimkan tema Punan Batu dengan judul “Living Space for the Punan Batu Community, The Last Hunter-Gatherers Group in Kalimantan, Indonesia”.
Peta Punan Batu dibuat dengan pertimbangan bahwa isu terkait masyarakat adat masih sedikit dibahas dalam forum global. “Kami ingin menyajikan paparan tentang bagaimana memanfaatkan sistem informasi geospasial untuk melindungi ruang hidup masyarakat adat,” kata Ghufran. Peta yang dibuat oleh YKAN menggambarkan daya jelajah, topografi, dan sebaran liang masyarakat Punan Batu-Benau Sajau.
Pengakuan status MHA
Masyarakat Punan Batu Benau-Sajau baru saja mendapat pengakuan sebagai Masyarakat Hukum Adat (MHA) oleh Pemerintah Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Melalui Surat Keputusan Bupati No 18845/319 tahun 2023 yang ditandatangani pada 3 April 2023, masyarakat yang juga merupakan pemburu dan peramu aktif terakhir di Pulau Kalimantan ini mendapatkan legalitasnya sebagai masyarakat adat.
Langkah tersebut merupakan upaya untuk meraih penetapan hutan yang secara sah dan dapat dikelola di wilayah di mana mereka hidup. YKAN mendorong proses pengakuan MHA dan identifikasi luasan hutan adat. “Peta yang kami buat tersebut merupakan usulan YKAN tentang luasan hutan adat Punan Batu seluas 18.000 hektare,” kata Ghufran.
Selain disajikan secara daring, peta ruang hidup ini juga disajikan dalam bentuk poster di stan TNC dalam kesempatan ini. Ghufran menjelaskan pada kategori People’s Choice, poin kemenangan ditentukan dengan pemungutan suara pada saat pameran berlangsung.
“Jadi ada unsur ketertarikan peserta lain dan pertimbangan dewan juri. Kami bersyukur bisa membawa isu tentang masyarakat adat yang ternyata menarik perhatian global,” pungkas Ghufran.
Peta tentang ruang hidup Punan Batu, bisa diakses dalam tautan berikut :