Quote: Marsiti
Layaknya Sungai Kelay yang mengalirkan kehidupan kepada masyarakat Dayak Mapnan di Kampung Long Duhung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Marsiti turut menggerakkan roda kehidupan komunitasnya dengan menjadi salah satu perintis gerakkan baru di masyarakatnya. Tanpa banyak kata, ia menginspirasi orang lain untuk ikut serta dalam melakukan inovasi baru dalam menjaga dan mengonservasi alam. Kegigihanya menyulut api semangat di sanubari banyak orang, ia menjadi bagian dari pembaharu bagi komunitas adat Dayak Mapnan Long Duhung.
Masih memegang tradisi aktivitas pemburu dan peramu, Hutan Wungun menjadi jantung kehidupan warga Dayak Mapnan Long Duhung. Bukan hanya menyediakan sumber daya alam untuk kebutuhan sehari-hari, hutan lindung seluas 1.400 hektare ini juga menjadi akar budaya Dayak Mapnan Long Duhung. Hutan Wungun adalah bagian dari sejarah perjalanan komunitas Dayak Mapnan Long Duhung, tempat yang disakralkan, dan menjadi tempat peristirahatan terakhir leluhur mereka.
Oleh karena itu, menjaga dan melestarikan alam Hutan Wungun merupakan hal yang sangat esensial bagi komunitas Dayak Mapnan Long Duhung. Mendukung komitmen tersebut, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) memberikan dukungan terhadap aktivitas penjagaan hutan dan pengelolaan sumber daya berkelanjutan, seperti kegiatan patroli hutan, wanatani (penanaman karet dan sayur), dan perternakan. Dengan dukungan ini, diharapkan ekonomi masyarakat dapat meningkat dan hutan dapat terjaga dari perburuan liar, perambahan, atau pembukaan lahan.
Seperti masyarakat Dayak Mapnan Long Duhung lainnya, Marsiti senantiasa aktif dalam berbagai kegiatan konservasi alam Hutan Wungun. Wataknya yang pendiam tidak menyurutkan nyali dan semangatnya dalam berinovasi menjaga alam dan meningkatkan taraf kehidupan komunitasnya seperti wanatani. Kegiatan wanatani berkelanjutan merupakan salah satu inovasi dalam pengelolaan hutan berkelanjutan. Sebagai komunitas pemburu dan peramu, aktivitas wanatani merupakan hal yang tidak biasa dilakukan oleh komunitas Dayak Mapnan Long Duhung. Oleh karena itu, masyarakat komunitas ini umumnya lebih memilih untuk melihat hasil perkembangan aktivitas ini sebelum memulainya. Namun, Marsiti memutuskan untuk langsung terjun dan terlibat dalam kegiatan wanatani tersebut.
Sebagai orangtua tunggal dengan dua buah hati, Marsiti bertekad memastikan pendidikan anaknya dan generasi muda kampung terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu, ia sangat bersemangat mengembangkan perkebunannya untuk meningkatkan ekonomi komunitasnya. Saat kebun karet masyarakat, termasuk kebun pribadinya, terserang hama rayap dan perlahan mulai mati, Marsiti mengusulkan ke desa agar anggaran kampung digunakan untuk merawat kebun dan melakukan pelatihan penyadapan getah karet. Menurut Marsiti, jika kebun karet mereka berhasil, maka Hutan Wungun akan tetap terjaga dan generasi muda Dayak Mapnan Long Duhung tetap bisa melanjutkan pendidikan mereka.
Ia pun selalu penuh semangat ikut serta dalam kegiatan patroli hutan. Pada 2014, Kampung Long Duhung membentuk kelompok patroli hutan atau tim pemantau lingkungan. Disebut juga tingetgan skin gu blom dalam bahasa lokal, tim ini bertugas mengawasi komitmen internal perladangan gilir balik warga, serta memantau perburuan liar dan perambahan hutan. Mereka berpatroli sebanyak enam kali dalam setahun. Di setiap sesi pemantauan, terdapat lembar pantauan yang akan diisi oleh enam anggota tim patroli. Tim pemantau lingkungan ini juga akan menindaklanjuti laporan warga bilamana menemukan kasus tertentu, misalnya mengetahui adanya perambah hutan.
Marsiti berharap perjuangannya bersama masyarakat Dayak Mapnan Long Duhung dalam menjaga alam dapat menyejahterakan budaya dan komunitas Dayak Mapnan Long Duhung. “Wungun adalah tempat kami melakukan berbagai kegiatan bersama, berburu, mencari makan, dan banyak hal penting lainnya yang tak tergantikan sejak jaman dulu. Kami ingin dapat terus sepenuhnya bersama Wungun, hidup bersama dan di dalamnya, seperti leluhur kami dulu hingga sepanjang waktu,” jelas Marsiti.
Semangat Marsiti dalam menjaga alam dan komunitasnya tidak akan pudar. Marsiti percaya, pengabdiannya terhadap alam, yang telah menjaga komunitasnya sejak masa leluhurnya, akan menyejahterakan mereka hingga generasi masa depan.