Batik merupakan warisan sejarah dan budaya dari leluhur Indonesia. Pola yang terlukis di batik tidak hanya menyimbolkan sebuah arti, tapi juga kisah kehidupan. Begitulah yang dilakukan oleh para pembatik di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Jawa Tengah, yang mayoritas adalah perempuan. Di tangan mereka, canting menjadi alat untuk menuangkan kisah kehidupan masyarakat pesisir dan ekosistem mangrove.
Batik mangrove telah lama menjadi tradisi para perempuan Kelurahan Mangunharjo. Tradisi ini menjadi makin dijaga seiring meningkatnya banjir rob dan abrasi akibat mangrove yang kian hilang. Masyarakat menyadari pentingnya ekosistem mangrove dan mengekspresikannya lewat batik.
Bagi masyarakat Kelurahan Mangunharjo, mangrove memliki arti yang sangat penting. Sebagian besar masyarakat di wilayah ini bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani tambak. Hal ini membuat mereka amat bergantung dari ekosistem mangrove. Untuk menjaga keberlanjutannya, diperlukan strategi pengelolaan pesisir terpadu. Selama September 2019-September 2021, Kelurahan Mangunharjo menjadi wilayah dampingan untuk program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA). Selain ekologi, pendekatan pesisir terpadu juga menyentuh aspek sosial dan ekonomi termasuk mata pencaharian.
Melalui kerangka program Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA), Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama masyarakat Kelurahan Mangunharjo, didukung oleh PT Djarum, telah mengidentifikasi sektor ekonomi unggulan yang mendukung upaya pengelolaan sumber daya pesisir dan laut yang berkelanjutan guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dari hasil identifikasi yang menggunakan pendekatan partisipatif Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan (SIGAP), diketahui batik mangrove merupakan salah satu produk unggulan dan potensial bagi masyarakat Kelurahan Mangunharjo.
Salah satu kendala dari pengembangan batik mangrove di Kelurahan Mangunharjo berkaitan dengan pemasaran. Oleh karena itu, untuk mendukung keberlanjutan usaha ekonomi masyarakat tersebut, telah terbentuk koperasi yang diharapkan dapat membantu peningkatan usaha ekonomi masyarakat dalam hal pemasaran produk dan mampu menjadi pengendali mutu. Pemerintah Kelurahan Mangunharo didukung Yayasan Konservasi Alam Nusantara dan PT Djarum telah menginisiasi terbentuknya Koperasi Pemasaran Serbaguna Raharjo Mandiri pada 24 Februari 2020 dan disahkan oleh Kemenkumham pada 2 April 2020 melalui Surat Keputusan Kemenkumham No. AHU-0003139.AH.01.26. Tahun 2020.
Selain itu, beberapa strategi juga dilaksanakan untuk mendukung pengembangan batik mangrove di Kelurahan Mangunharjo. Dari sisi produksi, dilakukan pengembangan desain motif batik yang baru, penggunaan bahan pewarna alami dari mangrove dan tumbuhan lainnya, serta pengembangan teknik pewarnaan dari bahan alami untuk menghasilkan karya batik baru yang lebih menarik dan dengan harga kompetitif. Dari sisi keberlanjutan, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dikembangkan untuk mengatasi dampak pencemaran lingkungan. Terakhir, dari sisi kapasitas masyarakat, kemampuan, dan profesionalitas pembatik ditingkatkan dan jejaring untuk mendukung pemasaran produk dikembangkan.
Melalui batik mangrove, perempuan Mangunharjo memiliki wadah untuk berkreasi, menceritakan sudut pandang dan pesan kearifan lokal sekaligus menjaga alam yang telah melestarikan budaya dan komunitas mereka dari generasi pendahulu hingga generasi mendatang.