Meningkatnya permintaan akan pangan, energi, mineral, dan infrastruktur mendorong pembangunan ekstraktif dan berbasis komoditas ke wilayah-wilayah yang secara historis menghindari konversi skala besar.
Hal ini memiliki implikasi baik bagi Masyarakat Adat maupun tanah dan perairan yang mereka kelola, yang menyimpan sebagian besar keanekaragaman hayati dunia dan membantu mengurangi perubahan iklim global. Ini juga menekankan perlunya dukungan yang lebih besar terhadap kepengurusan Masyarakat Adat dan adopsi pendekatan konservasi yang transformatif berbasis hak-hak.
Konservasi yang dipimpin oleh Masyarakat Adat akan menjadi bagian penting dalam melindungi 30% ekosistem laut, air tawar, dan daratan dunia pada tahun 2030, sebuah tujuan ambisius yang disepakati oleh hampir 200 negara pada bulan Desember lalu sebagai bagian dari Kerangka Kerja Keanekaragamangan Hayati Global (Global Biodiversity Framework/GBF).
Baca juga: Dukungan Perlindungan Laut Lewat Festival Adat Munara Beba Byak Karon
Pada Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia 2023 yang jatuh pada tanggal 9 Agustus dengan tema “pemuda adat sebagai agen perubahan untuk penentuan nasib sendiri’ ini, Yayasan Konservasi Alam Nusantara/YKAN mendorong keterlibatan masyarakat adat khususnya kaum pemuda dalam pengelolaan sumber daya alamnya secara Lestari. Program pengelolaan masyarakat adat dapat dilaksanakan dengan memperhatikan tiga unsur utama yaitu Hak, Keterwakilan dan Modal.
Download
Pengelolaan sasi di Kapatcol berbeda dengan lainnya, karena dilakukan oleh perempuan. Awalnya sasi hanya melibatkan lelaki.
Unduh