Album musik pertama yang dihadirkan oleh alam dan akan dikembalikan untuk alam

Persembahan YKAN dalam 10 tahun menjalankan misi konservasi di Indonesia.

Lesser Bird of Paradise (Paradisaea minor) male in the canopy of his display (lek) tree. © Tim Laman

Kenapa Musik?

Alam adalah musisi handal yang karyanya tidak tergantikan. Seringkali kita healing ke alam terbuka dengan tujuan mendapatkan ketenangan dan juga penyegaran baik secara jasmani maupun rohani. Suara ombak dan gelombang, semilir angin di pantai, suara satwa yang bersahut-sahutan maupun suara gemericik air dari pegunungan membawa ketenangan batin manusia.

Namun apakah alam sebagai Musisi yang menghasilkan karya seni itu perlu mendapatkan royalti nya?

Kita mengajak publik untuk menghargai suara dari alam yang memberikan ketenangan bagi manusia dan mengembalikan royalti sang musisi kepada alam sang pencipta lagu itu sendiri.

Dari mana suara ini?

10 suara alam diambil dari wilayah kerja kegiatan konservasi YKAN di Indonesia

The Sound of Raja Ampat Underwater

Kepulauan Raja Ampat adalah surga keindahan bawah laut. Terletak di Segitiga Karang Dunia yang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia.

Bird of Paradise at Raja Ampat

Selain kekayaan laut, hutan di wilayah Kabupaten Raja Ampat, menjadi tempat hidup bagi 250 jenis burung, termasuk burung Cenderawasih, burung endemik papua.

The Chimes of Wakatobi Beach

Laut Wakatobi mempunyai keanekaragaman ekosistem laut yang sangat tinggi. Bahkan, terdapat lebih dari 590 spesies ikan dan 396 jenis terumbu karang.

The Sound of Muara Siran Peatlands

Lahan gambut di Desa Muara Siran, Kalimatan Timur adalah sumber penghidupan masyarakat. Lahan gambut menjadi tempat mereka mencari kehidupan dan terus dijaga.

The Morning Melody of Wehea Forest

Bentang Alam Wehea-Kelay adalah ekosistem yang merupakan habitat penting bagi orang utan dan memiliki keanekaragaman jenis flora yang relatif tinggi.

The Whispers of Nyadeng Lake

Danau Nyadeng berada di Desa Merabu, Kecamatan Kelay, Berau. Desa ini memancarkan suasana alam hutan, pegunungan karst, gua purbakala, dan sungai-sungai kecil.

The Melody of Long Pelay Forest

Desa Long Pelay berada di Kecamatan Kelay, Berau. Kawasan hutan di Bentang alam Wehea-Kelay memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan yang sangat tinggi.

The Sounds of Kelay River

Desa Long Duhung berada di lokasi Daerah Aliran Sungai Kelay. Sungai Kelay merupakan penyedia jasa lingkungan terpenting berupa pasokan air bersih bagi masyarakat.

Swift birds of Teluk Semanting

Hutan mangrove melindungi pesisir dari erosi dan menyediakan air bersih serta udara segar bagi masyarakat di Kampung Teluk Semanting, Kalimantan Timur.

The Sound of Rain in Merasa Village

Kampung Merasa adalah rumah bagi masyarakat adat Dayak yang memulai penanaman kakao di awal tahun 80-an.

Life Music

Alam adalah musisi yang menghasilkan suara yang indah. Manusia seringkali menikmati suara yang dihasilkan oleh alam tanpa pedulikan hak royaltinya.

© YKAN

The Sound of Raja Ampat Underwater

Kepulauan Raja Ampat yang terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya terletak di bagian ujung Barat Laut Provinsi Papua Barat Daya, memiliki luas 43.000 km2 dan terdiri dari empat pulau utama yaitu Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool, disamping beberapa pulau-pulau kecil lainnya seperti Ayau, Sayang, Wayag dan Kofiau.

Raja Ampat memiliki konsentrasi terbesar karang keras dan jenis ikan karang terbanyak di dunia. Raja Ampat terletak di ecoregion Papua yang menduduki peringkat teratas untuk prioritas konservasi keanekaragaman hayati laut di Indonesia.  Selain itu, Raja Ampat juga berada di jantung pusat Segitiga Karang Dunia (Coral Triangle) dan merupakan pusat keanekaragaman hayati laut tropis terkaya di dunia.

YKAN membantu pemerintah Indonesia dalam membangun dan mengelola Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kofiau-Boo dan Misool (lebih dari 800 ribu hektare) sejak tahun 2002. Pekerjaan terbaru kami adalah mendukung pembentukan KKP Misool Utara (300 ribu hektare) pada bulan November 2023 lalu.

© YKAN

Bird of Paradise at Raja Ampat

Selain kekayaan laut, hutan di wilayah Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, menjadi tempat hidup bagi 250 jenis burung, termasuk burung Cenderawasih yang adalah burung endemic Papua.  Beberapa pulau di Raja Ampat yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati tinggi untuk wisata burung adalah Pulau Waigeo, Misool, Kofiau, Batanta dan Pulau Salawati.

Pada Mei 2015, sebuah tim yang terdiri dari YKAN, Papua Bird Club dan Dr Richard Noske yang merupakan seorang ahli burung dari Australia yang juga Presiden Birds Queensland melakukan pengamatan burung di Pulau Misool dan Pulau Kofiau.

Dalam pengamatan di Kampung Kapatcol, Distrik Misool Selatan, tim melihat lima jenis cenderawasih, yaitu Paradisea minor, Cicinnurus regius, Cicinnurus magnificus, Manucodia ater, dan Manucodia chalybatus. Burung-burung ini relatif mudah untuk dilihat, karena mereka sering berada di lokasi yang cukup dapat dijangkau, seperti di hutan-hutan mangrove dan hutan di atas dataran rendah.

© YKAN

The Chimes of Wakatobi Beach

Taman Nasional Wakatobi (TNW) terletak di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Taman Nasional seluas 1,39 juta hektare ini telah ada sejak tahun 1996 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan  Nomor 393/Kpts-V/1996 dan pada tahun 2002 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7661/Kpts-II/2002. Pada Tahun 2020, berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SK.425/MENLHK/SETJEN /LA.2/11/2020 Tanggal 12 November 2020 luas kawasan Taman Nasional Wakatobi mengalami perubahan yang semula adalah 1.390.000 hektare menjadi ± 1.320.987 hektare.

Terdapat empat pulau besar yang berlokasi di TNW, yaitu Pulau Wangi-Wangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko yang membentuk nama WAKATOBI.  Laut Wakatobi mempunyai keanekaragaman ekosistem laut yang sangat tinggi dengan beragam spesies rumput laut dari pesisir, terumbu karang, ikan, burung laut, kura-kura, cetasea, dan mangrove. Di kepulauan ini terdapat lebih dari 590 spesies ikan dan 396 jenis terumbu karang.

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Wakatobi, pemerintah daerah, masyarakat adat dan pemangku kepentingan lainnya untuk mendukung pengelolaan yang efektif.  Saat ini YKAN melakukan pendekatan pelibatan masyarakat secara aktif sebagai bagian dari strategi pengelolaan Taman Nasional Wakatobi yang terpadu.

© YKAN

The Sound of Muara Siran Peatlands

Lahan gambut di Desa Muara Siran, Kalimatan Timur adalah sumber penghidupan masyarakat. Di dalamnya terdapat danau dan hutan yang masih dijaga warga. YKAN melalui strategi Solusi Iklim Alami dari ekosistem gambut melakukan penghitungan simpanan karbon dan pemonitoran emisi gas rumah kaca di Desa Muara Siran sejak pertengahan 2022.

Salah satu temuan yang menarik adalah gambut di Muara Siran berusia ribuan tahun. Ada yang 6 ribu tahun, namun ada juga yang masih tergolong muda berumur 100 tahun, menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh tim saintis YKAN dan mitra.

Saat ini warga Muara Siran sudah tidak lagi menebang hutan gambut. Hutan yang juga berada di sekitar danau adalah tempat mereka mencari kehidupan dan terus dijaga. Lokasi ini juga merupakan tempat pemijahan ikan, tempat sarang burung walet, dan merupakan tempat wisata bagi masyarakat di wilayah sekitarnya. 

Dengan keberadaan danau yang tetap dijaga, maka hal tersebut dapat membantu menjaga kondisi gambutnya tetap alami.

© YKAN

The Morning Melody of Wehea Forest

Bentang Alam Wehea-Kelay adalah ekosistem yang merupakan habitat penting bagi orang  utan. Orang utan kalimantan merupakan jenis unggulan atau spesies bendera (flagship species) di Bentang Alam Wehea-Kelay. Orang utan kalimantan digunakan sebagai spesies bendera di Bentang Alam Wehea-Kelay karena spesies ini merupakan satu-satunya great apes dari non-human primate yang ada di Borneo.

Kawasan hutan yang ada di Bentang Alam Wehea-Kelay masih dalam kondisi yang relatif baik. Hal tersebut dilihat dari kondisi tutupan lahan ataupun dari status kawasan hutannya. Areal hutan masih mendominansi tutupan lahan di Bentang Alam Wehea-Kelay. Areal tersebut memiliki keanekaragaman jenis flora yang relatif tinggi. Keanekaragaman jenis, sebaran, struktur, dan kelimpahan jenis flora tersebut sangat menentukan rona dan dinamika kehidupan yang ada di dalamnya.

Hasil survei Tim Penelitian Balitek KSDA-YKAN yang dikompilasi dengan data yang ada dalam dokumen High Conservation Values/HVC juga menunjukkan bahwa keberadaan ordo primata (Primates), karnivora (Carnivora), dan ungulata (Artiodactyla) ternyata paling dominan di wilayah ini.

Jenis-jenis lainnya yang juga teridentifikasi adalah dari ordo Pholidota dan Chiroptera. Khusus untuk primata, kelompok ini memiliki peranan yang penting untuk menyebarkan biji-bijian yang ada di dalam hutan sehingga membantu regenerasi tumbuhan, terutama tumbuhan buah dan berbiji.

© YKAN

The Whispers of Nyadeng Lake

Danau Nyadeng berada di Desa Merabu, Kecamatan Kelay, Berau. Desa Merabu dengan luas area 22.000 hektare ini berjarak 130 KM dari ibukota Kabupaten, Tanjung Redeb. Des aini memiliki sumber daya alam yang sangat banyak, ada kawasan hutan lindung seluas 10.800 hektare, hutan produksi 12.200 hektare, dan kawasan karst yang mencapai 7.500 hektare.

Desa ini memancarkan suasana alam hutan, pegunungan karst, gua purbakala, dan sungai-sungai kecil yang jernih karena pengaruh kandungan kapur. Danau Nyadeng misalnya memiliki air berwarna hijau toska yang jernih, juga sejuk yang berasal dari pegunungan karst itu.

Di Desa Merabu terdapat sejumlah gua-gua yang menarik untuk dimasuki. Salah satunya adalah Gua Beloyot yang menyimpan peninggalan sejarah purbakala, berupa gambar telapak tangan yang diperkirakan berusia lebih dari 4.000 tahun. Masyarakat desa ini Sebagian besar berasal dari suku Dayak Lebok.

© YKAN

The Sounds of Kelay River

Berdasarkan batas daerah aliran Sungai (DAS), Bentang Alam Wehea-Kelay terdiri dari dua DAS, yaitu DAS Wahau dan DAS Kelay.  Desa Long Duhung berada di lokasi DAS Kelay. Fungsi 2 DAS baik DAS Wahau dan DAS Kelay di bentang alam Wehea-Kelay merupakan penyedia jasa lingkungan terpenting berupa pasokan air bersih bagi kehidupan masyarakat setempat (termasuk ekonomi, sosial dan budaya).

Berau memiliki jaringan sungai yang kompleks mulai dari sungai Berau dimana sungai ini merupakan pertemuan sungai Segah dan Kelay serta sungai-sungai lain yang masuk baik ke sungai Segah maupun Kelay. Wilayah sungai Kelay merupakan bagian dari DAS sungai Berau yang berhilir di teluk Berau, dimana pada wilayah Tanjung Redeb bertemu dengan hulu sungai Segah.

Sebagai bagian tak terpisahkan dari Bentang Alam Wehea-Kelay, Sungai Kelay merupakan salah satu prioritas sumber daya alam yang perlu dijaga dan dilindungi.

© YKAN

Swift birds of Teluk Semanting

Hutan mangrove merupakan benteng alami yang melindungi kawasan pesisir dari erosi, abrasi, dan serangan gelombang besar. Selain itu, kawasan hutan mangrove juga membantu manusia dalam penyediaan air bersih dan udara yang segar. Inilah yang dirasakan oleh masyarakat di Kampung Teluk Semanting, Kecamatan Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Warga Kampung Teluk Semanting sepakat melindungi seluruh ekosistem mangrove untuk pengembangan ekowisata. Dalam konteks pengembangan mata pencaharian, kelompok perempuan di Kampung Teluk Semanting telah mengembangkan produk amplang dan kerupuk. Selain itu, kelompok perempuan juga mencoba mengembangkan batik pewarna alami dari ekstraksi daun dan buah mangrove. 

Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama para mitra mendukung Pemerintah Kabupaten Berau dalam hal pengelolaan ekosistem mangrove secara berkelanjutan. Melalui kerangka program Aksi Inspiratif Warga untuk Perubahan atau SIGAP, telah dilakukan kegiatan pengembangan mata pencaharian kelompok perempuan dan penyadartahuan dari tahun 2019 hingga Juni 2021.

© YKAN

The Sound of Rain in Merasa Village

Kampung Merasa, Long Lanuk dan Suaran adalah rumah bagi masyarakat adat Dayak yang memulai penanaman kakao di awal tahun 80-an. Selain berkomitmen dalam melindungi 15.000 ha hutan alam di bawah skema perhutanan sosial, praktik wanatani kakao yang dilakukan masyarakat juga berkontribusi terhadap peningkatan lebih dari 300 ha tutupan hutan.

Pengembangan komoditas lestari melalui strategi Konservasi Hutan oleh Masyarakat dari YKAN membantu petani kakao dalam peningkatan kualitas dan nilai jualnya hasil kebun mereka. YKAN mendorong pengembangan biji kakao, khususnya kakao fermentasi, karena faktor keseimbangan ekologi, harga yang baik bagi petani, dan keberlanjutan. Kakao fermentasi dengan kualitas yang bagus akan dihasilkan jika  kebun kakao berada di sekitar hutan yang masih terjaga. 

Biji kakao fermentasi kering Merasa memiliki rasa buah-buahan, jeruk, madu, dan sedikit kacang. Biji kakao lolos seleksi menuju nominasi Cacao Excellent Award 2021 Paris. Selain memasok kakao kering untuk sejumlah merek pengrajin cokelat Indonesia, mereka juga membuat sendiri cokelat batangan dan minuman cokelat khas Kampung Merasa.

Dengarkan Life Music di kanal musik pilihanmu!

Saatnya mengembalikan royalti kepada Sang Musisi

Life Music
Keterangan Foto Healing booth Life Music. © YKAN