Quote: Yulianti Rahman
Pada Agustus 2021, 12 ibu rumah tangga dari Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, bergabung dalam satu kelompok bernama Padatimu To’asoki untuk memajukan usaha perekonomian berkelanjutan demi masa depan yang lebih baik. Dalam bahasa lokal, nama ini memiliki makna mendalam. “Padatimu adalah nama leluhur kami, tokoh perempuan Desa Kulati. Sementara To’asoki berarti disipilin atau teratur. Maknanya adalah kami ingin selalu disiplin dalam menjalankan komitmen untuk menuju keberhasilan,” jelas Yulianti Rahman, Ketua Kelompok Padatimu To’asoki.
Kelompok Padatimu To’asoki terletak di Desa Kulati yang berada di kawasan perairan Kepulauan Wakatobi, salah satu area Segitiga Terumbu Karang yang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Sumber daya perikanannya sangat melimpah dan harus dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Salah satu jenis ikan yang paling sering ditangkap di Desa Kulati adalah ikan simba (Caranx ignobilis). Kelompok Padatimu To’asoki mengolahnya menjadi produk kerupuk ikan. “Dari hasil musyawarah, pengecekan bahan baku, serta minat masyarakat, maka kami memilih produk kerupuk ikan simba,” terang Yulianti.
Yulianti menambahkan untuk mendukung upaya pemanfaatan sumber daya laut yang bijak dan lestari, Kelompok Padatimu To’asoki telah membuat kesepakatan konservasi. Salah satu poin penting dalam kesepakatan konservasi, kelompok ini berkomitmen untuk hanya menggunakan ikan simba yang ditangkap dengan alat yang ramah lingkungan dan tidak merusak sebagai bahan dasar kerupuk.”Sebagai perempuan pesisir yang bergantung dari sumber daya laut, kami sadar arti penting kelestarian laut bagi keberlanjutan usaha kami ini. Jika laut sehat, maka ikan juga akan terus ada,” katanya.
Mendukung komitmen tersebut, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) bersama Balai Taman Nasional Wakatobi, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wakatobi, Jasa Raharja, dan Kelompok Ekowisata Desa Kulati Poassa Nuhada melakukan pendampingan kepada Kelompok Padatimu To’asoki. Melalui serangkaian kegiatan, mulai dari mengidentifikasi potensi, penguatan kelembagaan, pelatihan produksi, serta uji coba resep, kerupuk ikan simba mulai diluncurkan pada bulan Oktober 2021. Untuk menjamin agar kerupuk ikan simba bisa diterima oleh konsumen secara luas, produk ini telah dilengkapi dengan izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
Kerja keras Yulianti dan anggota Kelompok Padatimu To’asoki telah membuahkan hasil walaupun usaha ini masih seumur jagung. Meski masih relatif baru, kelompok ini telah mendapat banyak pelanggan di luar Pulau Tomia, bahkan hingga Papua dan Halmahera. Harga kerupuk ikan ini cukup terjangkau bagi masyarakat setempat, yaitu Rp. 15.000 per bungkus. Sejak berdiri pada Agustus 2021 hingga April 2022, telah terjual 1.300 bungkus kerupuk ikan simba.
Prestasi Kelompok Padatimu To’asoki ini merupakan awal dari capaian-capaian di masa depan yang akan semakin menyejahterakan komunitas Desa Kulati. “Ke depan kami ingin agar kerupuk ikan simba produksi kami ini tidak hanya dapat dinikmati di pasar Indonesia, tapi bisa meluas hingga mancanegara,” ujar Yulianti. Semangat Yulianti menggema di sanubari para anggota Kelompok Padatimu To’asoki yang senantiasa bekerja bersama membangun produk andalan kerupuk ikan mereka demi masa depan lestari dan berkelanjutan.