“Saya tahu banyak orang-orang yang hebat di sekeliling saya, pada intinya saya sambil belajar dari pengalaman setiap kegiatan-kegiatan itu. Ini pengalaman–pengalaman yang luar biasa menarik dalam hidup saya.”
- Irmaya Banaweng-
Matahari masih malu menampakkan dirinya, namun Irmaya Banaweng (33) telah mempersiapkan bekal ke kebun untuk dirinya dan keluarga. Tak lama, ia dan suaminya berangkat menuju tempat fermentasi, lalu mengecek suhu dan melakukan pembalikan biji kakao yang masih di kotak fermentasi maupun di tempat penjemuran (solar dryer). Selanjutnya, ia bergegas ke kebun, lalu mengatur dan membuat prioritas perkerjaannya untuk hari itu. Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan di kebun, kala matahari mulai condong ke sebelah barat, ia kembali ke tempat fermentasi, dan kembali membalikkan biji kakao di tempat penjemuran , lalu kembali ke rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.
Begitulah kegiatan Ibu Irmaya setiap harinya. Perempuan asal Kampung Merasa, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur ini merupakan salah satu penggerak kelompok Internal Control System (ICS) Pesete Tawai Kakao Kampung Merasa.
Kelompok ICS Pesete Tawai Kakao Kampung Merasa adalah mitra Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di wilayah tepi hutan dalam mendorong program konservasi melalui pemanfaatan sumber daya alam. Dalam hal ini fokus pada budi daya kakao berkelanjutan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Kakao merupakan komoditas unggulan Kampung Merasa yang ramah hutan. Produksi utama dari kelompok ini adalah biji kakao fermentasi.
YKAN mendampingi dan memfasilitasi kelompok ini dalam menerapkan praktik-praktik budi daya yang baik atau Good Agriculture Practice, serta proses paskapanen dan pengelolaan produk turunan yang baik. Kelompok ICS Pesete Tawai Kakao Kampung Merasa melakukan budi daya kakao secara agroforestri, yaitu menanam kakao dengan dikombinasikan tanaman kehutanan. Praktik ini menjadi strategi untuk melindungi alam dari kerusakan, melindungi produsen dari paparan bahan kimia, dan menghasilkan produk berkualitas bagi produsen.
Sebagai kelompok yang masih berusia cukup muda, baru tiga tahun berselang, anggota kelompok ICS dituntut untuk memainkan peran ganda demi keberlanjutan kelompok dan usaha kelompok. Ibu Irmaya memikul tanggung jawab sebagai sekretaris kelompok, sekaligus anggota tim fermentasi. Di dalam tim fermentasi ini, ia menjadi satu-satunya perempuan. Tugasnya melakukan fermentasi, serta mencatat pembelian biji basah dan hasil produksi biji fermentasi.
Sebagai catatan, tim fermentasi berperan penting dalam menghasilkan biji fermentasi berkualitas. Biji fermentasi dari hasil produksi kelompok ini pun kian dikenal dan telah mendapat pesanan reguler dari pembeli biji kakao fermentasi di Bali dan Jakarta.
Kini, Ibu Irmaya juga terlibat dalam tim produksi yang menciptakan berbagai produk turunan dari biji kakao fermentasi. Ia juga mempromosikannya dengan bertemu langsung para calon pembeli dan konsumen. Ya, tidak berhenti di biji kakao fermentasi, Kelompok ICS Pesete Tawai Kakao Kampung Merasa juga menghasilkan produk turunan seperti bar cokelat, minuman cokelat, dodol, dan kue cokelat. Di pasaran lokal, produk turunan cokelat dari Kelompok ICS Pesete Tawai Kakao Kampung Merasa ini telah mulai dikenal. Bahkan, sudah ada sebuah kafe di Berau yang memesan produk bar cokelat secara periodik untuk diolah menjadi salah satu minuman dalam menu kafenya.
Hari-hari yang padat dijalaninya dengan sepenuh hati. Terlebih dukungan keluarga maupun anggota kelompok mengalir tak henti. Kala ia tengah menjalankan tugasnya sebagai bagian dari Kelompok ICS Pesete Tawai Kakao Kampung Merasa, sang suami mengganti perannya melakukan pekerjaan rumah tangga. Dan, kala ia membutuhkan bantuan untuk memanen hasil kebunnya, anggota Kelompok ICS Pesete Tawai Kakao Kampung Merasa turut membantu. Sebagai catatan, masyarakat Dayak Kampung Merasa umumnya memiliki berbagai sumber penghidupan dari kebun untuk penghidupan mereka. Berbagai tumbuhan semusim dan tahunan ditanam di kebun ini. Oleh karena itu, terkadang terjadi konflik jadwal antara pemanenan hasil kebun dengan kegiatan kelompok.
Hubungan yang saling mendukung ini pun kembali dituainya kala suatu waktu Ibu Irmaya berhadapan dengan dilema: memanen kacang tanah kebunnya atau melakukan fermentasi kakao kelompok. Solusinya, anggota Kelompok ICS Pesete Tawai Kakao Kampung Merasa memutuskan untuk membantu pemanenan kacang tanah sehingga Ibu Irmaya tetap bisa melakukan fermentasi.
Pengalaman Ibu Irmaya di Kelompok ICS Pesete Tawai Kakao Kampung Merasa menginspirasi Beliau untuk mewujudkan cita-cita pribadi. “Saya tahu banyak orang-orang yang hebat di sekeliling saya. Pada intinya saya memetik pelajaran dari setiap kegiatan itu. Ini pengalaman–pengalaman yang luar biasa menarik dalam hidup saya,” ujarnya.
Pengalamannya terlibat dalam tim fermentasi, produksi, hingga pemasaran pun membawanya berani untuk bermimpi lebih jauh.
Ia berkeinginan mengajarkan para petani lainnya untuk mengenal lebih lanjut seluk beluk kakao. Namun, Beliau ragu karena merasa dirinya masih membutuhkan ilmu yang lebih banyak untuk dapat mewujudkan impiannya ini.
Ia juga bermimpi mempunyai kebun yang berisi kakao, kopi, dan tanaman lain bernilai ekonomi, terletak di pinggir jalan kampung. Bagian tengah kebun akan didirikan kafe kecil yang menjual makanan dan minuman dari cokelat dan hasil kebun lainnya. Ini semacam konsep from garden to table. Uniknya, ini memiliki sentuhan kelokalan yang tinggi.
Rencananya, kakao dan kopi akan ditanam di area bekas ladang dalam bentuk agroforestri, yang dapat menambah tutupan lahan, sekaligus membuka peluang penghasilan bagi warga yang terlibat dalam usaha tersebut.
Berbekal semangat, ketekunan, dan kesabaran, Ibu Irmaya terus memantapkan langkah untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya, komunitasnya, dan alam tempatnya bernaung. Ada mimpi yang tengah menanti untuk diwujudkan.